Rabu, 20 Oktober 2010

12:08

Pukul duabelas lewat delapan menit siang

Maria diam saja di sudut ruang makan
tangan kanannya menggenggam sebuah pisau kecil yang tajam namun tak seram
sementara tangan kirinya memegang sepotong hati merah tua yang telah ia siapkan sejak malam lalu untuk kekasihnya yang tak jadi datang

televisi pada ruang yang sama tempat Maria berdiam sedang sibuk menayangkan acara gosip selebritis
rupanya ada yang sedang dirutuk masa atas nama moral karena merekam gambar telanjang.
Maria tertawa cekikikan.
merasa beruntung karena tak dirutuk masa,padahal ia juga sering telanjang.
seperti sekarang, bersama hatinya yang juga telanjang.

kriiiiing...! kriiiiiing...!

telepon berdering
sudah kali ketujuh
Maria tak bergeming
televisi kini sedang menayangkan iklan apartemen hadiah dari kekasihnya yang ditinggali olehnya

" Nyaman, Tentram, dan Bahagia " begitu bunyi jargonnya

Maria semakin tertawa terpingkal-pingkal.

" Nyamaaann... tentraaamm..dan Bahagia...!! hahaha! " teriaknya sambil tertawa terbahak-bahak.

kriiiiiing...! kriiiiiing...!

telepon kembali berdering
sudah kali kedelapan
Maria tetap tak bergeming
televisi sedang menayangkan iklan susu bayi
Maria menangis teringat bayinya yang ia bunuh dengan tangannya sendiri, atas perintah kekasihnya, bulan lalu, tanpa tangis dari dirinya dan juga dari bayinya.
kuburannya mungkin masih basah...
seperti rahim Maria yang juga masih basah dan menyimpan ilusi gerak kecil menendangi dindingnya.

Maria menimang pisau kecil di tangan kanannya.
ia cium aroma dingin dari pisau itu...
sementara tangan kirinya gemetar memegang sepotong hati merah tua,
yang tak mau lagi ia pandang.

digoreskannya nama kekasihnya, berikut nama jabang bayi pemberian kekasihnya.
pada sepotong hati merah tua,
dengan mata terpejam,
merumpunkan jutaan kenangan.

"maaf..."
ucap Maria pelan.

dan... jlaaaap!
ia tancapkan pisau kecil itu pada sepotong hati merah tua di tangan kirinya
tanpa keraguan
tanpa kesedihan

lalu darah jingga mengalir dari dalamnya
mengaliri tubuh telanjang Maria

Maria menghirup aromanya...pahit manisnya tercium jelas dari sana...
Maria tersenyum,
sedetik kemudian terlelap damai untuk pertama kali dalam hidupnya...

damai...

damai...

dan jauh...



-

di luar apartemen Maria
kekasihnya datang membawa sebuket mawar yang juga merah tua
berselipkan kartu permintaan maaf karena tak jadi datang semalam, seperti juga malam malam sebelumnya
karena harus membagi waktu untuk Maria dan juga untuk istrinya

lelaki itu mengirimkan pesan singkat kepada Maria

" sayang, teleponnya kok nggak diangkat-angkat? aku diluar, buka pintunya ya ... "

-



Maria membaca pesan singkat dari kekasihnya
tak beranjak
hanya tersenyum,
dan kembali terlelap...

" enak aja..." batinnya.

;-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar