Rabu, 20 Oktober 2010

Asmarangkara

: sajak Arimbi kepada Bimasena


Denganmu semesta seakan bersaksi
Bahwasanya smara dan angkara adalah dekat, tipis


Arimbi:

Maka inilah aku yang terpana
Diatas segenggam angkara yang sebelumnya kupanggul di atas bahuku yang tegap menantang surya
Pada diam dan dinginmulah aku tertunduk
Sementara angkaraku meleleh laksana puncak Himalaya yang baru saja ditampar badai matahari

Bima, Bima
Lebih baik engkau habisi aku dengan Gada Rujapala mu yang mahsyur
Biar lebur angkara dan smara yang asyik berperang sendiri di tengah gamang hati
Biar moksa mengusaikan dahagaku yang lama

Baiklah Bima
Kulihat engkau tengah menghunus Sang Rujapala
Tikam aku bersama dingin lakumu
Aku akan tersenyum
Aku akan berbahagia karena mati bersama smara

Tunggu apalagi Bima!
Tikam aku sekarang biar musnah dilema smarangkara!

...
...
...
...
...

Hei, Bima
Mengapa belum membunuhku?
Mengapa hanya tersenyum seperti itu?
Apakah kau hanya mau berperang namun tak mau membunuh?


Siang menjelma hening di Waranawata.
Bimasena mengarahkan Gada Rujapala-nya ke jantung Arimbi.
Lama, namun tak segera ditancapkannya Sang Rujapala ke dalam dada Arimbi.
Arimbi bosan menunggu, Ia merebut paksa Gada Rujapala untuk ditancapkan ke dadanya sendiri, namun Bimasena menahannya.


Bimasena:

" Engkau datang kemari atas nama angkara
  Sayangnya siang ini engkau mesti kecewa
  Karena senja nanti akan kuantar engkau pulang bersama asmara..."




 [ satyavati. 21.10.10 ]

1 komentar:

  1. .
    Hei, Bima
    Mengapa belum membunuhku?
    Mengapa hanya tersenyum seperti itu?
    Apakah kau hanya mau berperang namun tak mau membunuh?

    *) bima gag perna membunu perempuan :-P

    BalasHapus